HERE
I AM
~9
Juli 2019…
“MAAF ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS UJIAN
SELEKSI INI, SILAKAN MENCOBA DI TEST YANG LAINNYA”.
-Surat keputusan yang menyatakan diriku
gagal dalam seleksi ujian akhir yang kulihat dalam layar ponselku-
…
“Kamu
bodoh! Kamu tak layak! Kamu tak pantas! Karena kamu memang terlahir bodoh!”
BODOH…BODOH…BODOH…
Telingaku bising dengan
suara-suara yang kian hari makin membunuh semangatku, serta racun-racun pesimis
yang merenggut pertahanan dan antibodi terhadap keyakinan akan sebuah mimpi
besar yang ingin kuraih. Temanku, sahabatku, orang yang kusayangi, orang tua, bahkan
orang asing pun mencibir kegagalanku. Sebenarnya mereka siapa? Kemana mereka
sekarang??
Hilang.
“AKULAH
ORANG TERBODOH DI DUNIA, KALIAN PUAS?”
Suara lirih dengan
taraf intensitas yang tak seberapa besar desibelnya keluar dari mulutku, namun
tak ada yang dapat mendengarnya.
Memangnya
mereka peduli?Tidak…tak ada yang peduli…. mereka meninggalkanku.
Mereka tak akan tahu
seberapa berat beban yang harus ku tanggung, seberapa besar amanah yang ku
emban, seberapa besar usaha yang telah ku kerahkan untuk mencapainya. Mereka
hanya melihat hasil akhir atas pencapaian seseorang.
Orang-orang
akan melihat kesuksesanmu, tetapi tidak melihat proses usahamu,
mereka
melihat keberhasilan, tapi tidak melihat jerih payahmu.
Sungguh, ini kalimat tabu jika ku
ucapkan,
Ya Allah…kenapa harus aku yang
mengalami semua kegaagalan ini?
Kurang apa lagi usahaku belajar
bersungguh-sungguh sampai saat ini?
Sampai kapan aku harus berjuang?
Hari
ini aku lelah, aku hanya ingin tidur…
Tiba-tiba ponselku
berbunyi…
Kak
Ahmad…?
Yaaa…Kak
Ahmad menelponku. Sosok yang sangat penting bagiku. Dia adalah kakak kelas yang
berbeda dua tahun angkatan denganku, dan sekarang dia berkuliah di program
studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung. Aku kaget ketika tiba-tiba
dia menelponku setelah hampir satu bulan sejak sebelum dimulainya test masuk
PTN dia sudah tidak lagi menghubungiku dengan alasan agar aku bisa fokus
belajar.
Kalian
tahu?
Dahulu kami adalah
sepasang kekasih semasa SMA, namun setelah dia menjadi mahasiswa dan bergabung
dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus, dia secara baik-baik memutuskan
hubungan denganku. Awalnya aku terpukul
dengan keadaan itu, namun pada akhirnya aku bisa menerimanya dengan ikhlas , karena
aku sadar bahwa n dikutip dari akun
instagram @infomasukkuliah, bahwa riset mengatakan remaja yang tidak pacaran
lebih mampu mengembangkan dirinya seta lebih mampu mengembangkan dirinya serta
lebih jarang terkena depresi daripada yang berpacaran.
Nah…udah
jelas kan?pacaran itu udah nambah stress, nambah dosa, merugikan orang tua
diakhirat kelak, pandai berzina dalam artian zina mata, lisan dan saling
berpegangan dengan bukan mahram, dan mengorbankan harga diri…yang pasti-paati
aja lah yaa..
astaghfirullah…aku
:’
yaa
Allah maafkan hambamu….
Namun disisi lain ikatan
silaturrahim kami tidak terputus begitu saja, terkadang dia mengisi acara di
kegiatan sekolah SMA ku, dan sesekali sering memberikan pelatihan dan belajar
bersama untuk menghadapi test masuk PTN.
Berat rasanya ketika
akan mengangkat telepon dari kak Ahmad, aku yakin dia akan menanyakan bagimana
hasil dari test masuk PTN ku. Mimpiii…memang aku tidak tahu diri, nilai UTBK ku
pas-pasan nekat mengejar PTN dengan rating terbaik dan dengan persaingan ketat
pula. Yaa…aku memilih Teknik Biomedis ITB, dengan salah satu pertimbangan jika
probabilitas kelulusanku adalah lima puluh persen, maka aku akan memiliki
peluang untuk bisa berkuliah di universitas yang sama sekaligus di fakultas
yang sama dengan Kak Ahmad.
Halu memang…
“Assalamualaikum…Mi…gimana hasilnya?Kamu
jadi kuliah di ITB kan mi?Baarakallah mii... akhirnya…”
Aku
lebih memilih untuk diam seribu bahasa.
“ Mii…. ”
“Mii…. ”
“Milla…. ”
Sudah sepuluh menit
lamanya telepon berlangsung, dan aku tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia pun
hanya terdiam belum mengeluarkan perkataannya lagi. Hanya isak tangisku yang
pelan terdengar. Kubiarkan dia berbicara terlebih dahulu.
“Mi. . kakak paham apa yang kamu rasakan
saat ini... aku bangga sama kamu mi. aku bangga dengan perjuangan gigih yang
kamu lakukan demi kampus impianmu, demi cita-cita kamu. Terimakasih sudah mau
berjuang sampai sejauh ini. Walau saat ini kamu gagal…percayalah ada perjuangan
yang lebih berat yang harus kamu hadapi, dan itu adalah ujian kehidupan. terimakasih
yaa untuk tidak menyerah sampai sejauh ini, terimakasih untuk selalu tetap
bertahan sampai titik darah penghabisan, aku percaya, kamu mampu meraih
impianmu dengan jalan apapun, jadi…aku mohon jangan dulu menyerah ya mi…”
….
Aku tak mampu berkata apapun…air mata
ini tak mampu lagi tertahankan…
“laa
yukallifullahunafsan illa wus’aha… Allah tidak membebani seseorang diluar
kemampuan hambanya…come on…it almost done
Milla. . . . semangaaat”
Lagi-lagi aku tak mampu menjawab karena
bingung, aku harus menjawab apa.
“Milla, ingat ini... jika setiap harapan
selalu kau simpan diatas sajadah mungkin kau tak akan pernah merasakan sesaknya
hati yang patah karena kegagalan, jangan pernah berhenti berharap, jangan
pernah berhenti berjuang, bertahanlah, bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak
pernah meninggalkanmu dan Allah akan selalu bersamamu”
***
APAKAH
AKU PANTAS?
Apakah aku pantas?dimiliki PTN terbaik?matematika
saja tidak bisa, pemahaman biologi juga seadanya, apalagi fisika dan
kimia…Selama tiga tahun terakhir ini aku sudah melakukan pencapaian apa?Selama
aku masih egois dan malas-malasan, aku
tak akan pernah mampu mencapainya. Aku terlalu sibuk berada dalam dunia yang
nyaman, dan nyaman itu adalah jebakan.
Dan
Aku terperangkap
“Milla. . kakak mohon bertahan sedikit
lagi, untuk ujian mandirimu, 21 Juli nanti…malam ini kamu boleh menangis…tapi
ingatlah besok kamu harus bangkit lagi. . belajar
lagi…semangat…Assalamualaikum”
***
Lega rasanya dia mengakhiri telpon itu, dan
aku tidak berkata sepatah kata pun.
Dan sebuah unread message whatsapp dari kak Ahmad sampai, dan akupun perlahan
membacanya.
Tuhan tidak tega membiarkan
hambanya sedih. Aku tahu pula.
Tuhan memberikan cobaan yang pasti
bisa kita hadapi. Tiap cobaan pasti memiliki tepian
Tuhan sayang kita, Tuhan cinta kita.
benarkah?kurasa
iya. benar.
Cintanya abadi, melebihi cintanya manusia pada
sesama manusia. mungkin, sepertinya…
Karena cinta Tuhan pada hambanya
adalah sebenar benarnya cinta. Hmmm….
Cinta yang hakiki, cinta yang sepenuhnya, , cinta yang sempurna. S-E-M-P-U-R-N-A?
Yang maha cinta. Jangan pernah
merasa sendiri, tapi aku takut.
karena Tuhan bersama kita, Tuhan
lebih dekat dengan kita, Tuhan
dekat dengan kita?
lebih dekat dari apa yang kita
bayangkan, lebih dekat dengaku?
karena Tuhan kita ada, dan akan selalu ada
menemani kita,
kapanpun, dan dimanapun. Tidak
seperti orang-orang yang begitu saja meninggalkanku
Percayalah, Tuhan tak akan
meninggalkan kita…. . aku percaya, benar benar percaya…
***
Tanpa sadar aku pun tertidur dalam
keadaan berlinang air mata.
~Jam 02. 00
aku terbangun, mengambil wudhu, kemudian
menunaikan shalat tahajjud.
Semuanya berjalan refleks,
belum pernah aku lakukan di hari-hari sebelumnya, namun semuanya seperti ada
dorongan dari dalam diri sendiri. Aku hanyut dalam renungan tengah malam penuh
penyesalan, atas semua kesalahan dan dosa yang terus kucoba ingat-ingat.
Saat
ini, aku hanya butuh Allah…
Hanya
Allah…
“Sudah berapa lama
waktuku kugunakan untuk beribadah?Kapankan terakhir kali kubuka kitab suci
al-quran, berapa waktu yang kuhabiskan untuk berbuat dosa yang semakin hari
terus menjauhkanku dengan amal ibadah dan mendekati jurang kemaksiatan. Sungguh
bodoh diriku. Waktu yang berlalu tak akan pernah kembali, dan terulang kembali.
Aku makhluk yang lemah berlumuran dosa. Kiranya diriku tak akan pernah mampu
untuk menebus semua dosa yang telah aku lakukan. Bagaimana jika…. Pahalaku
kalah berat timbangannya dibanding dosaku?Sungguh ya Allah, ampunilah aku. Aku
orang tak tahu diri, aku ingin kesurgamu, tapi apa aku bisa?Oh Tuhan…tolong
aku!”
Kuhapus tangis ini, kutarik
nafas dalam dan mencoba tersenyum. Walau tak sejalan dengan keinginan hati, perlahan
kuucapkan dengan perasaan yang penuh rasa pasrah, berserah diri, namun dengan
penuh keyakinan dan keoptimisan
Ini
bukan akhir…ini adalah awal perjuangan. .
Ayo
berjuang!!
***
Man
Jadda Wa Jada, Bismillah….
Aku kembali membuka lembaran buku
latihan ujian masuk PTN ku, dan mengerjakan setiap soal dengan sebaik mungkin.
Aritmatika…geometri…trigonometri.
. kalkulus…
Jaringan…hereditas…osmosis…evolusi…
Aldehida…alkana…larutan…senyawa…
Momentum…impuls…kecepatan…interferensi…
Daaan…bahasa
arab…turki usmani…
dinasti
abasyiah…khalifah…
dan lain sebagainya menjadi materi
sekaligus latihan soal yang dikerjakan.
~21
Juli.
Bismillah…
Ujian…
Kerjakan…
Lupakan…
Pasrah dan tawakkal…
~29
Juli
“SELAMAT
ANDA DINYATAKAN LULUS SELEKSI UJIAN MANDIRI 2019, DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
FISIKA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG”
Alhamdulillah…akhirnya
aku maba…
Sujud syukur langsung
kulakukan, kuberitahukan kabar gembira ini pada ayah dan ibuku, beserta teman
dan kerabatku. Tak lupa aku mengabari kak Ahmad. Dengan perasaan yang bahagia,sungguh
aku tak mampu mengungkapkan semuanya dengan kata-kata.
Kenapa
aku memilih fisika?
Jawabannya adalah…
Physics
is the belief that a simple and consistent description of nature is
possible"~Niels Bohr
Fisika adalah keyakinan
bahwa deskripsi alam yang sederhana dan konsisten adalah mungkin. Fisika
identik oleh kebanyakan orang dengan sebuah kerumitan, keabstrakan, dan
membosankan. Tapi, pada hakikatnya Fisika adalah ilmu Allah, apabila
diaplikasikan dalam kehidupan akan menambah kekaguman, dan kecintaan kita
kepada-Nya
φ
Hello!My
name is Milla, and I'm proud to be a part of Physics Education, Faculty of
Tarbiyah and Teachers Training, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2019
φ
Pendidikan
Fisika. . .
Eureka.
. . Eureka. . . Eurekaaa. . .
φ
Twibbon dengan caption demikian langsung
aku upload,sebagai apresiasi dan ungkapan rasa syukur atas hasil yang telah Allah
berikan padaku dalam ujian ini. Alasan mengapa aku ingin bersekolah di ITB pada
awalnya adalah karena ingin berprestasi disana, tapi sekarang aku yakin di
kampus manapun kita berada kita harus tetap selalu mengukir prestasi dan
seharusnya kita yang membanggakan nama kampus dengan pencapaian yang diraih. Kini
aku tahu, aku yakin, dan aku sadar keridhaaan Allah atas masa depan kita adalah
segala-galanya. Ketika Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, maka
sesungguhnya Allah lebih tau dimana tempat kita dibutuhkan. Bagiku, kampusku
saat ini tak jauh berbeda dari ITB untukku,yaa…Institut Tarbiyah Bandung.
Disinilah aku dan
ketujuh puluh sembilan sahabat seperjuanganku akan menuntut ilmu berlandaskan
iman dan takwa dengan menjadi pendidik di masa depan, dan membangun bangsa
Indonesia menjadi generasi mulia yang berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur.
Here I am, UIN Sunan Gunung Djati Bandung :)
Alhamdulillah.
Komentar
Posting Komentar